Suatu ketika diadakanlah pameran lukisan terbuka tingkat internasional. Masing2 pelukis memajangkan lukisan terbaiknya, dan dengan antusias menjawab pertanyaan setiap wartawan dan pengunjung.
Tetapi ada satu lukisan yang tidak dijaga oleh pelukisnya. Lukisan itu sangat aneh karena dilukis dengan satu warna cat, yaitu dengan gradasi warna merah. Pengunjung merasa heran dan tidak tertarik pada lukisan ini dengan alasan "Lukisan murahan, tidak indah dipandang mata dan Pelukisnya adalah orang yang kurang waras."
Menjelang penutupan pameran, Sang Pelukis pun menampakkan dirinya. Setiap orang yang melintas dan memandang lukisannya mencibir pada Sang Pelukis. Lalu melintaslah seorang Pejabat dan anaknya yang masih kecil. Si Anak berhenti dan berkata: "Paman, lukisannya bagus sekali, boleh aku minta?" Jawab Sang Pelukis: "Apakah Adik mengerti ARTI dari lukisan ini?".
Sebelum si Anak menjawab, tiba2 dari jauh Sang Pejabat memanggil si Anak tersebut dengan suara yang keras. Sehingga semua orang terkejut dan memperhatikan mereka.
Melihat penampilan Sang Pelukis dan lukisan anehnya itu, Sang Pejabat takut dan curiga. Lalu Ia berkata: "Jangan dekat2 dengan orang aneh ini!" Si Anak menjawab: "Tapi aku suka lukisan Paman ini, Bu. Lukisannya bagus kok."
Sang Pejabat menyindir Sang Pelukis: "Apanya yang bagus? Cuma lukisan merah doang, Anak kecil juga bisa. Dasar Pelukis murahan... Ayo kita pergi!" Lalu dengan tertawa Sang Pelukis berkata: "Pikiran kita sering ditipu oleh Mata, sebagaimana Hati kita sering ditipu oleh Nafsu, Ego dan Ambisi."
Karena jengkel dan gengsi dilihat banyak orang, Sang Pejabat membalasnya: "Lukisan apaan itu? Gada Nilai dan Artinya..." Sambil tersenyum kecil Sang Pelukis menjawab: "Lukisan ini berjudul BHINNEKA." Lalu seorang Pelukis Asing bertanya: "Apa itu BHINNEKA?"
Dengan menghela nafas Sang Pelukis menjawab: "Sir.., beginilah Indonesia yang sekarang ini. Mereka terlalu memaksakan Indonesia untuk Seragam dan Sewarna, sehingga Indonesia kehilangan Keindahannya. Bukankah Perbedaan Warna itu lebih indah???"
Mendengar hal itu, semua Pengunjung dan Pelukis Asing bertepuk tangan, sedangkan Pengunjung dan Pelukis Domestik terdiam dan menunduk. Akhirnya seorang Pelukis Domestik memuji: "Kami kagum pada Anda, karena wawasan Anda luas. Anda adalah Pelukis Nasional Sejati..." END.
NB: Pikiran Kita sering dibutakan oleh mata, sehingga kita memandang kehidupan ini secara duniawi, bersifat materi. Coba kita berfikir dengan nurani, pasti kita dapat memahami sesuatu yang tersembunyi seperti Anak Kecil tadi. Sehingga kita tidak akan dapat dikendalikan oleh orang lain dengan Dalih (Alasan) apapun, bahkan demi Keseragaman Warna (SARA).
Janganlah seperti Sang Pejabat tersebut yang merasa lebih berhak dan mampu dalam menilai dan menentukan segala sesuatu. Dia coba menilai sesuatu yang bukan bidang kemampuannya, yang bahkan dia sendiri tidak mengerti sama sekali.
Gradasi warna merah => Satu Agama dengan berbagai Suku dan Ras = Atau Satu Kelompok dengan berbagai kepentingan.
1 komentar:
bagus bro,ini baru cerita bagus. sekali lagi cap 2jempollah sama kau
Posting Komentar