--- Horas --- --- Welcome --- --- Huānyíng --- --- Selamat Datang di Blog-nya Krisman Sitindaon ---

Selasa, 24 Agustus 2010

PERMATA

Seorang Anak merasa kalau dia tidak pernah diperhatikan oleh Ayahnya. Dia mengamati teman2nya, bahwa jika mereka telat pulang maka akan dicari oleh Ayah mereka, tetapi dia tidak.

Suatu hari dia berencana untuk tidak pulang agar dicari oleh Ayahnya. Sepulang sekolah dia bermain2 di rumah temannya. Tapi setelah sore dia disuruh pulang oleh orangtua temannya. Dia merasa senang karena diperhatikan oleh orangtua temannya tersebut. Kemudian dia pergi ke rumah pamannya karena dia belum berniat untuk pulang.


Setelah jam 8 malam barulah datang Ayahnya untuk menjemputnya. Sesampainya di rumah dia disuruh mandi dan makan. Si Anak makin kesal karena tidak dimarahin dan ditanyain oleh Ayahnya. Dan sebelum tidur dia pun menyatakan kekesalannya pada Ayahnya...


"Ayahku., mengapa Ayah tidak pernah mencari dan memarahiku setiap kali Aku terlambat pulang sekolah.? Kalau teman2ku pasti akan dicari oleh Ayah mereka." tanya si Anak. Sambil tersenyum Sang Ayah menjawab: "Sesungguhnya Ayah lebih mengenalimu daripada Ayah mereka mengenali teman2mu itu. Dan sesungguhnya pula, Kamu tidak tahu kalau Ayah tahu kemana saja Kamu pergi dan apa yang Kamu lakukan. Dan sekarang Kamu sudah SMU, Ayah tidak perlu selalu mengawasimu lagi. Ayah tahu , yakin dan percaya bahwa Kamu adalah Permata dan bukanlah Kaca."


Jawab si Anak: "Tapi, mengapa Ayah katakan Aku ini adalah Permata?" Dengan tenang sang Ayah menjelaskan: "Ayah sudah perhatikan, bahwa Kamu lebih Berkilau (Tulus) dari teman2mu, Kamu lebih Keras (Teguh) dalam berkeyakinan. Dan Kamu lebih Mahal bagi Ayah, karena Kamu akan mencerminkan jatidiri Ayah."


Si Anak masih bersikeras: "Tapi kalau memang Aku Mahal, seharusnya Ayah menjagaku baik2 supaya Aku tidak tergores, tidak rusak dan tidak hilang!" Sang Ayah pun menghela nafas: "Anakku., untuk mengetahui seberapa mahal sebuah permata, maka Ia harus diuji terlebih dahulu. Seberapa kerasnya dan seberapa kilaunya. Serta Ia harus ditempah menjadi sebuah bentuk yang lebih indah dari bentuk sebelumnya. Dan Alam lebih baik daripada Ayah untuk menguji dan menempahmu..."


Si Anak tampak bingung dengan penjelasan Ayahnya, sehingga sang Ayah melanjutkan penjelasannya: "Ayah membiarkanmu pergi kemana saja agar orang2 dapat melihat Kemilaumu. Ayah membiarkanmu bergaul dengan siapa saja, untuk menguji seberapa Tangguh (Keras) dirimu dalam mempertahankan Imanmu dan Prinsip Kebenaran yang Ayah ajarkan kepadamu. Dan Ayah membiarkanmu bebas melakukan apa saja, agar pengalaman menempahmu menjadi Pribadi yang lebih Baik, Bijak dan lebih Berkualitas..."


Dengan menunduk si Anak berkata: "Aku masih tidak mengerti dengan yang Ayah katakan." Dengan tenang Sang Ayah menjawab: "Belum saatnya Kamu mengerti, kelak kalau Kamu sudah Dewasa pasti Kamu akan mengerti dan berterima-kasih kepada Ayah. Sekarang tidurlah sebab besok Kamu harus bersekolah lagi...".

END
(BASED ON TRUE STORY)

NB:
"Sering kita merasa tidak diperhatikan oleh Orangtua kita, dan malah orang lain lebih perhatian kepada kita dibandingkan orangtua kita sendiri. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya Ayah yang Bijaksana adalah seorang Ayah yang lebih mengetahui potensi Anaknya, daripada keinginan Anak tersebut.

Yakinlah pada kasih sayang orangtua kita, walaupun kasih sayangnya itu tidak ditunjukkan secara langsung kepada kita.... Belajar banyaklah dari mereka, sebab yang mereka ajarkan kelak akan kita ajarkan kembali kepada anak-anak kita.....


Kepada para orangtua, diantara Anak2 kita pasti ada yang merupakan Permata. Jadi kenali mereka pribadi lepas pribadi, dan biarkanlah Alam yang menempahnya untuk menjadi Pribadi yang lebih Mulia... Amin...

1 komentar:

Anonim mengatakan...

ckckckck, mank da bokap kayak gitu?

Posting Komentar

Hukum Ohm



Frekwensi



Kode Warna



My Eye's Logo